Rabu, 02 November 2011

HUBUNGAN STATUS GIZI, KONDISI FISIK IBU, DAN EFISIENSI REPRODUKSI

HUBUNGAN STATUS GIZI, KONDISI FISIK IBU, DAN EFISIENSI REPRODUKSI

Gizi atau makanan tidak saja diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental serta kesehatan, tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau kesuburan seseorang agar mendapatkan keturunan yang selalu didambakan dalam kehidupan keluarga (Faath, 2005). Pada saat pasangan suami istri memutuskan untuk mempunyai anak, perlu segera mempersiapkan diri diantaranya mengatur asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan fungsi reproduksi sehingga dapat menunjang fertilitas atau kesuburan (Wendy, 1995).

Seorang ibu yang hamil harus memperhatikan status gizinya, karena status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depkes RI, 1996). Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain sebagainya (Depkes RI, 1998).

Gizi Kurang pada Ibu Hamil

Menurut Lubis (2003) Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.

1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.

2. Terhadap Perslinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

3. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai gizi.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia pada Ibu Hamil

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Lubis 2003).

Resiko pada Ibu Hamil Kurang Gizi

Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR (Lubis 2003).

Hasil penelitian Saraswati E, dkk. di Jawa Barat (1998) menunjukkan bahwa KEK pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.

Sebagaimana disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Manik (2000) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal).

Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998) menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu.

Pada ibu dengan anemia batas 9 gr/dl atau anemia berat ditemukan secara statistik tidak nyata melahirkan BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mati mempunyai resiko 3,081 kali. Dari hasil analisa, riwayat kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia berat. (di kutip dari Rusman Efendi)

Bioteknologi

Bioteknologi
Secara tradisional, pemuliaan tanaman, dan rekayasa genetika sebenarnya telah dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman. Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi tanaman dengan tujuan tanaman tersebut menjadi lebih besar, kuat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Selama puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, para petani dan para pemulia tanaman telah berhasil memuliakan tanaman padi, jagung, dan tebu, sehingga tanaman-tanaman tersebut mempunyai daya hasil tinggi dan memiliki kualitas panen yang lebih baik.
Secara tidak sadar kita telah mengkategorikan tanaman-tanaman hasil pemuliaan tradisional padi, jagung, dan tebu, tadi sebagai tanaman yang bersifat 'alamiah', padahal penampilan fenotif maupun genotif tanaman-tanaman tersebut sudah jauh berbeda dibandingkan dengan kerabat alaminya yang asli yang tumbuh di alam bebas dan lebih mirip sebagai gulma atau malah tanaman kerabat alaminya tersebut sudah punah.
Proses pemindahan gen pada pemuliaan tradisional dilakukan melalui proses penyerbukan dengan perantaraan angin maupun bantuan serangga penyerbuk. Proses penyerbukan ini sering kali melibatkan bantuan manusia, misalnya melalui penyerbukan dengan cara memindahkan serbuk sari tanaman yang satu ke ujung putik tanaman lainnya.
Pada proses penyerbukan dengan bantuan manusia ini, tidak jarang jumlah kromosom (pembawa sifat) pada serbuk sari tersebut harus 'disesuaikan' terlebih dahulu oleh larutan pengganda kromosom seperti colchisine sehingga serbuk sari menjadi lebih kompatibel dengan tanaman betina melalui kepala putiknya. Upaya ini terus dilakukan secara berlanjut dalam bentuk penyelamatan embrio (embrio rescue) sehingga hibrida dapat bertahan (survive) dan tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Pemuliaan tradisional telah banyak membantu meningkatkan produktivitas pertanian dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Data FAO tahun 1992 menunjukkan adanya peningkatan hasil biji-bijian (grain) dari rata-rata 1.1 ton per hektar pada tahun 1950 menjadi 2.8 ton per hektar pada tahun 1992. Namun karena jumlah penduduk masih jauh lebih besar dibandingkan dengan produksi pangan, peningkatan hasil pangan melalui proses pemuliaan ini masih terus dikembangkan.
Ahli demografi dari Perserikatan Bangsa Bangsa menyatakan jumlah penduduk dunia saat ini mencapai enam milyar orang, atau jumlahnya dua kali lipat dari jumlah penduduk 50 tahun yang lalu. Diperkirakan populasi dunia akan mencapai sembilan milyar pada 50 tahun mendatang (Population Division, 1999). Untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang populasinya terus bertambah dengan pesat ini, diperlukan lahan pertanian yang luas. Sementara itu ketersedian lahan untuk pertanian semakin lama semakin berkurang karena peruntukkannya banyak yang diubah menjadi lahan perumahan dan industri.
Oleh karena itu, diperlukan terobosan-terobosan di bidang teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian per unit lahan. Seperti diyakini para pakar, rekayasa genetika merupakan salah satu teknologi pertanian yang berpeluang dapat me-ningkatkan produktivitas pertanian (Swa-minathan, 1999, McGloughlin, 1999). Teknologi ini telah berkembang pesat selama kurun waktu lima belas tahun terakhir ini.
Prinsip rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman, yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambahkan sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman mahluk hidup pengganggu maupun cekaman lingkungan yang kurang menguntungkan serta memperbaiki kualitas nutrisi makanan. Perbedaan rekayasa genetika dengan pemuliaan tradisional adalah kemampuan rekayasa genetika dalam memanfaatkan gen-gen yang tidak dapat dipergunakan secara maksimal pada pemuliaan tradisional karena banyak gen yang terhalang saat penyerbukan.
Rekayasa genetika adalah kelanjutan dari pemuliaan secara tradisional. Tidak seperti halnya pemuliaan tanaman secara tradisional yang menggabungkan seluruh komponen materi genetika dari dua tanaman yang disilangkan, rekayas genetika memungkinkan pemindahan satu atau beberapa gen yang dikehendaki dari satu tanaman ke tanaman lain.
Pada pemuliaan tradisional diperlukan sedikitnya lima generasi penyilangan balik (backcross) untuk menghilangkan gen-gen yang tidak dikehendaki dan mungkin bersifat merugikan karena bertaut dengan gen yang diinginkan pada proses fertilisasi, sehingga pemuliaan tanaman secar tradisional memerlukan waktu yang lama.
Selain itu, pemuliaan tanaman tradisional memiliki keterbatasan dalam menggunakan sumber-sumber gen yaitu hanya sebatas menggunakan tananam yang bisa disilangkan saja. Misalnya, pemindahan gen yng toleran terhadap air asin dari tanaman manggrove famili Rhizophoraceae pada tanaman padi tidak mungkin dilakukan melalui proses penyilangan (Swaminathan, 1999).
Demikian halnya dengan pemindahan gen untuk provitamin A pada endosperma biji padi yang tidak mungkin dapat dilakukan secara tradisional. Keunggulan rekayasa genetika adalah mampu memindahkan materi genetika dari sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan tanaman yang tahan terhadap organisme pengganggu seperti serangga, penyakit dan gulma yang sangat merugikan tanaman (James, 1998). Departemen Pertanian Cina telah melakukan penelitian dan pengujian lapangan terhadap 47 spesies tanaman transgenik dan 103 macam genetik (Zhang, 1999).
Di negara kita, LIPI telah berhasil memasukkan gen bioteknologi (Bt) pada padi sehingga padi tersebut menjadi tahan hama dan serangga. Rekayasa genetika juga membawa perbaikan kualitas seperti meningkatnya kandungan provitamin A padi (Ye dan kawan-kawan, 2000), menurunya kadar lemak jenuh pada minyak nabati (Lehrer, 1999) dan masih banyak lagi.
Penelitian di Universitas Texas A & M menunjukkan bahwa jagung Bt memiliki kadar racun mycotoxin (penyebab kanker) yang sangat rendah dibanding jagung biasa, karena pada jagung Bt tidak terdapat luka gigitan serangga yang biasanya menjadi tempat masuknya jamur penghasil mycotoxin (Benedict dkk, 1998).
Tanaman-tanaman produk rekayasa genetika (transgenik) kini telah ditanam secara luas di dunia. Menurut penelitian organisasi nirlaba ISAAA (International Service for the Acquistion of Agri-Biotech Aplication), penanaman produk rekayasa genetika merupkan satu-satunya teknologi pertanian digunakan secara luas oleh petani sehingga mengalami peningkatan yang pesat setiap tahunnya. Dengan tanaman hasil rekayasa genetika ini, para petani menjadi lebih puas terhadap produk pertanian. Produk ini telah berhasil memberikan berbagai keuntungan kepada petani misalnya memberikan hasil yang meningkat, memudahkan budidaya pertanian, serta lebih ramah lingkungan karena berkurangnya penggunaan bahan-bahan pestisida kimia. Total luas area tanaman transgenik untuk tahun 2001 adalah 52,6 juta hektar (James, 2001).
Analisa resiko tanaman produk rekayasa genetika
Pelepasan tanaman produk rekayasa genetika ke alam dipandang memiliki resiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia seperti misalnya kemungkinan tanaman transgenik tersebut menjadi gulma, kemungkinan terjadinya perpindahan gen pada spesies lain yang berakibat buruk, dan resiko kesehatan karena tanaman transgenik tersebut digunakan sebagai makanan.
Proses perpindahan DNA dari satu spesies ke spesies lain secara alami terjadi di alam. Bahkan dipercaya proses ini merupakan bagian dari proses evolusi biosfer planet bumi yaitu terjadinya perpindahan materi genetik ganggang hijau biru (merupakan nenek moyang sel tanaman) yang menyebabkan tanaman menjadi mampu melakukan proses fotosintesa yang secara drastis mengubah kondisi bumi yang tadinya tidak beroksigen (anaerobik) menjadi beroksigen (aerobik) (Suwanto, 2000).
Contoh lain misalnya ketahanan (survival) bakteri tanah Agrobacterium tumefasciens dengan mengintegrasikan sebagian genomnya pada tanaman, seperti pada pembuatan tanaman transgenik saat ini. Dengan demikian, proses perpindahan DNA pada tanaman transgenik tidak dengan sendirinya menimbulkan resiko namun yang dihasilkan dari ekspresi gen intraduksi-lah yang harus dikaji resikonya.
Berikut ini adalah petikan-petikan analisa resiko yang berasal publikasi The Royal Society of New Zealand (Conner, 1997) dan dari sumber-sumber lainnya.
1. Mungkinkah tanaman transgenik berubah menjadi gulma?
Seperti yang telah diuraikan di atas, tanaman budidaya memiliki tampilan agronomis yang jauh berbeda dibandingkan dengan tanaman nenek moyangnya yang mungkin lebih menyerupai gulma. Ciri-ciri gulma adalah biji memiliki masa dormansi (istirahat) yang panjang, mampu beradaptasi pada lingkungan yang beragam, pertumbuhan yang terus menerus, serta penyebaran biji yang lebih luas. Ciri-ciri kegulmaan ini telah dihilangkan pada tanaman budidaya melalui proses pemulian tanaman selama ratusan bahkan ribuan tahun. Pemindahan satu gen saja (misalnya gen ketahanan terhadap serangga, atau herbisida) tidak akan bisa mengembalikan semua karakter kegulmaan pada tanaman budidaya.

2. Mungkinkah gen baru dipindahkan kepada gulma dan menjadi gulma yang super?
Penanaman tanaman transgenik yang tahan terhadap herbisida mendatangkan kekhawatiran akan berpindahnya karakter tahan terhadap herbisida tersebut pada kerabat liarnya yang merupakan gulma sehingga tanaman tersebut dikhawatirkan menjadi tanaman gulma yang super. Kekhawatiran ini terutama mungkin terjadi jika tanaman tersebut ditempatkan di tempat keanekaragaman hayati (center of genetic diversity) tanaman transgenik tersebut. Tanaman-tanaman budidaya yang ditanam secara luas di Indonesia dan memiliki nilai tinggi berasal dari introduksi dari negara lain, seperti jagung yang berasal dari Meksiko, kedelai dari Cina, kapas dari India, kelapa sawit dari Papua Nugini, dan karet dari Brazil.
Perpindahan materi genetik dari tanaman budidaya ke tanman kerabat liarnya telah terjadi di tempat yang merupakan pusat keanekaragaman hayati tanaman transgenik itu. Isu ini perlu diperhatikan dan dicarikan jalan keluarnya. Dapat dikatakan bahwa isu ini tidak unik pada tanaman transgenik karena tanaman transgenik yang tahan herbisida tersebut bukan saja merupakan produk rekayasa genetika tetapi juga banyak tanaman tahan herbisida yang merupakan hasil pemuliaan tanaman itu sendiri.

3. Apakah jagung Bt membahayakan kupu-kupu Monarch ?

Telah dilaporkan daun tanaman milkweed yang ditaburi serbuk sari dari tanaman jagung hasil Bioteknologi (Bt) membunuh ulat Kupu-kupu Monarch di laboratiorium Unirversitas Cornell (Losey dkk, 1999). Laporan ini telah berturut-turut dibantah dengan penelitian yang dilakukan skala lapangan. Penelitian lapangan ini menyimpulkan bahwa di lapangan, tanaman milkweed yang merupakan satu-satunya sumber makanan ulat kupu-kupu Monarch, ternyata tidak hidup dan tidak tumbuh bersama-sama dengan jagung, masa reproduksi ulat Kupu-kupu Monarch juga tidak bersamaaan dengan masa pembungaan tanaman jagung, dan kalaupun serbuk sari jagung jatuh ke daun milkweed maka jumlahnya jauh lebih kecil dari jumlah serbuk sari yang dioleskan ke permukaan daun pada saat percobaan laboratorium di Universitas Cornell tersebut (Pleasant dkk 1999, sears 2000).
4. Apakah tanaman transgenik berbahaya bila dikonsumsi ?

Dr. Arpad Pusztai melakukan penelitian mengenai dampak buruk terhadap kesehatan tikus setelah diberi makan kentang transgenik yang mengandung gen lectin yang bersifat racun (Ewen dan Pusztai 1999). Dapat dikatakan bahwa kentang transgenik ini bukan produk komersial, kentang ini tidak mungkin lolos dalam pengujian keamanan pangan dan diijinkan untuk di komersialkan karena sebelumnya telah diketahui sifat lectin yang beracun. Selanjutnya, dalam pernyataan tertulisnya The Royal Society menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Puztai tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena mengandung kesalahan (flaw) baik dalam desain eksperimen, perlakuan maupun analisa hasilnya (The Royal Society Press Release, 18 Mei 1999).
Tanaman transgenik dapat berbahaya atau bermanfaat bagi manusia dan lingkungan tergantung tujuan pengembangannya dan tidak terlepas juga dari sifat gen yang diintroduksi. Apabila gen introduksi menghasilkan racun, maka tanaman transgenik dengan sendirinya akan menjadi racun. Kelebihan dari proses rekayasa genetika tanaman transgenik dibandingkan dengan pemuliaan tanaman secara tradisional yaitu dalam tanaman transgenik, gen yang dipindahkan dapat diketahui dengan persis dan dapat diikuti "perjalanannya".
Analisa toksisitas pada tanaman transgenik biasa dilakukan dengan menggunakan metoda acute gavage serta feeding studies pada binatang-binatang percobaan untuk menentukan apakah protein baru bersifat toksik atau tidak (Hamond dkk, 1996).
Sementara itu telah didokumentasikan bahwa tanaman-tanaman hasil pemuliaan tradisional pun dapat membahayakan kesehatan seperti varietas kentang Lenape dari AS dan Kanada dan varietas Magnum Bonum dari Swedia. Kedua varietas ini telah ditarik dari pasaran karena memiliki kadar racun glikoalkaloid yang tinggi (Zitnak dari Johnston 1970, Hellenas dkk 1995). Selain itu, varietas seledri yang resist (tahan) terhadap serangga hasil pemuliaan tradisional yang dilepas di Amerika Serikat ternyata memiliki kadar psoralen (karsinogen) yang tinggi (Ames dan Gold 1988).
5. Apakah produk rekayasa genetik (L-tryptophan) membunuh manusia ?
Penyakit EMS (Eosinophilia-Myalgia Syndrome) yang menyebabkan kematian pada manusia ternyata disebabkan oleh konsumsi makanan suplemen yang mengandung L-tryptophan (US FDA 1990). L-tryptophan dihasilkan dari hasil fermentasi bakteri Bacillus amyloliquefaciens. Untuk meningkatkan produksi asam amino ini, perusahaan pembuatnya yaitu Showa Denko merekayasa genetik bakteri Bacillus amyloliquefaciens. Pada saat bersamaan perusahaan itu juga mereduksi penggunaan karbon aktif yang diperlukan untuk menyaring kontaminan dan impuriti yang biasa terdapat pada setiap proses fermentasi sebanyak 50%.
Penyakit EMS (Eosinophilia-Myalgia Syndrome) [tryptophan] yang terjadi diakibatkan oleh proses penyaringan yang tidak sempurna. (Mayeno dkk, 1990 dan Hill dkk, 1993). Penyakit ini bukan disebabkan karena penggunaan transgenik bakteri.
6. Apakah produk rekayasa genetika dapat menyebabkan alergi ?
Alergi terhadap makanan diartikan sebagai reaksi imunologi (kekebalan) tubuh, yang mempunyai dampak merugikan kesehatan, terhadap antigen yang terdapat dalam makanan (Lehrer 1999). Lebih dari 90% kasus alergi terhadap makanan disebabkan karena makanan-makanan yang termasuk dalam "kelompok delapan" yaitu telur, ikan, makanan laut, susu, kacang tanah, kacang kedelai, pohon penghasil kacang (tree nuts), dan gandum (Taylor dan Lehrer 1996).
Rekayasa genetika memungkinkan terjadinya introduksi protein yang berasal dari sumber yang beragam pada makanan. Alergy and immunology institute dan Internasional food Biotechnology Council bersama dengan para pakar dibidangnya telah merumuskan protokol pengujian kemungkinan makanan hasil rekayasa genetika yang bersifat sebagai alergen (Metcalfe dkk, 1996). Untuk menguji makanan hasil rekayasa genetika yang tidak mengandung alergen dilakukan serangkaian pengujian meliputi identifikasi sumber gen apakah berasal dari "kelompok delapan" di atas.
Jika demikian, selanjutnya dilakukan pengujian-pengujian imunologis seperti solid phase immunoassay dan tes skin prick. Seandainya sumber gen tersebut bukan berasal dari "kelompok delapan", susunan asam amino protein introduksi kemudian dibandingkan dengan protein-protein yang telah diketahui bersifat sebagai alergen yang terdapat dalam database seperti GenBank, EMBL, SwisProt, PIR, untuk dilihat kesamaan susunan asam aminonya. Selanjutnya, stabilitas protein introduksi dianalisa sesuai dengan sifat allergen, karena juga allergen diketahui bersifat stabil pada suhu tinggi dan juga stabil pada sistem pencernaan. Beberapa contoh evaluasi alergenisitas tanaman hasil rekayasa genetika adalah sebagai berikut:

a). Kedelai yang mengandung gen kacang Brazil (Nordlee dkk).
Dalam upaya memperkaya protein kedelai dengan asam-asam amino yang mengandung gugus sulfur (seperti metionin), gen kacang Brazil yang kaya akan gugus sulfur telah dimasukkan ke dalam salah satu jenis kacang kedelai. Seperti diketahui baik kedelai maupun kacang Brazil, merupakan bagian dari " kelompok delapan" (tree nuts) yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Evaluasi alergenisitas terhadap kedelai transgenik dengan gen dari kacang Brazil meningkatkan potensi alergenisitas kedelai tersebut. Dengan demikian, pengembangan kedelai dengan gen dari kacang Brazil kemudian dihentikan (Conner 1997, Lehrer 1999).
b) Meningkatkan kadar asam oleat (oleic acid) pada kacang kedelai. (Lehrer dan Reese, 1998).
Kedelai ini direkayasa genetiknya kadar asam oleiknya meningkat sehingga lemak yang terkandung dalam kacang kedelai tersebut menjadi lebih sehat. Proses rekayasa genetika yang dilakukan pada kacang kedelai ini adalah dengan meningkatkan kadar beberapa macam protein sehingga dikhawatirkan dapat pula meningkatkan potensi alergenitas pada kacang kedelai tersebut. Evaluasi alergenisitas kemudian dilakukan seperti halnya pada evaluasi kedelai dengan kacang Brazil di atas. Hasilnya terbukti bahwa kacang kedelai dengan kadar asam oleat tinggi tidak memiliki potensi alergenisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kacang kedelai biasa.
Dari contoh evaluasi alergenitas di atas dapat disimpulkan bahwa kemungkinan diintroduksinya alergen pada proses rekayasa genetika sudah dapat diprediksi dengan metoda deteksi yang memang sudah tersedia untuk mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan introduksi ini. Penelitian-penelitian selama ini membuktikan bahwa penambahan protein pada makanan yang bukan berasal dari kelompok delapan di atas, yang tidak memiliki kesamaan susunan asam amino dengan protein alergen yang ada di database serta protein pada sumber makanan tersebut mudah terurai (tidak stabil) pada pemanasan maupun pada proses pencernaan, tidak membuat tanaman transgenik tersebit menjadi lebih bersifat allergen dibandingkan dengan tanaman bukan transgenik.
Selain itu, dibandingkan dengan proses pemuliaan biasa, gen yang diintroduksi pada tanaman hasil rekayasa genetika, sudah diketahui persis susunan DNA-nya maupun protein hasil ekspresinya, sehingga kemungkinan adanya allergen pada tanaman hasil rekayasa genetika sudah dapat diprediksi lebih dini. Misalnya, penelitian di Jepang menunjukkan dengan rekayasa genetika telah dimungkinkan adanya pengurangan kadar protein allergen tanaman padi. (Matsuda dkk, 1993).

Penutup
Rekayasa genetika diyakini oleh pakar sebagai terobosan teknologi yang berpotensi untuk meningkatkan produktivitas pertanian per unit lahan yang diperlukan dalam mengimbangi jumlah pertambahan penduduk. Untuk menjamin keamanan produk pertanian hasil rekayasa genetika terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan, produk-produk ini harus melewati proses pengujian sebelum dipasarkan. Di negara-negara lain, metode-metode pengujian keamanan produk-produk pertanian hasil rekayasa genetika telah tersedia dan penelitian atas tanaman-tanaman transgenik yang kini dipasarkan telah diakui keamanan pangan (food safety) maupun keamanannya terhadap lingkungan, misalnya oleh badan-badan pengatur seperti Health and Welfare Canada (Kanada), Advisory Committee on Novel Foods and Process, Ministry of Agriculture, fisheries and Food (Inggris), National Food Agency (Denmark), Ministry of Agriculture, Fisheries, and Forestry (Jepang), Australia, Argentina, Malaysia, Afrika Selatan dan negara-negara lain.
Daftar Pustaka
• Addressing Today's Core Issues for Better Food & Industry Growth. 2000.
• Agricultural Biotechnology: Insect Control Benefits - 1999. National Center for Food & Agricultural Policy.
• Falck- Zepada, JB; G. Traxler and RG Nelson. 1997. Rent Creation & Distribution from Biotechnology Innovations. The Case of Bt Cotton and Herbicide Tolerant Soybeans in 1997 Agribusiness. In press.
• Hoban, T.J. Forum 4" Qtr 2000 95-105.
• Ismael, Y; L. Beyers;C, Thirtle & J.Plesse. 2000. Efficiency Effect of Bt Cotton Adoption by Smallholders in Makhathini Flats, Kwa-Zulu Natal, South Africa. 5 th International Conference on Blotechnology, Science & Modern Agriculture. Ravello, Italy.
• James, C. 1998. Global Review of Commercialized Transgenic Crops. ISAAA Bulletin
• K. Setiawan, F. Susilo , H. Ismono, M. Utomo. The Proceedings 18th APWSS Conference, Beijing
• Monsanto and Academic Field Trial Results. 1997 & 1998, unpublished results.
• Monkvold, GP;Hellmich, RL; Showers. 1997. Reduced Fusarium Ear Rot & Symptomless Infection in Kernals of maize Genetically Engineeredfor European Com Borer Resistance. Phytopathology 87(10): 1071- 1077.
• Pray, CE; D. Ma; J; Huang & F. Qiao. 2000. Impact of Bt Cotton in China. Rockefeller Foundation. In press.
• Saragih, E. 2000. RR-Corn Performance, Indonesia. Monsanto internal report.
• Sembodo, D.R.J. 2001. Herbicide Tolerant Crop (RR-Corn) Under Conservation Tillage System: Prospects & Challenge.
• The State of Food & Agriculture 2000. Food & Agriculture Organization of the United Nations. Rome - Page 1-330.

Kamis, 28 Juli 2011

Oleh: Dedi Farid Kurniawan. S.Pd., MM.

Sman 6 Cimahi

SEL PROKARIOTA DAN EUKARIOTA

Mahluk hidup baik yang bersel tunggal (unicellular) maupun yang bersel banyak (multicellular) dikelompokkan dalam dua tipe, yaitu :
- Sel prokariotik : yaitu sel yang mempunyai inti sel primitif, karena tidak jelas batas-batasnya. Bahan inti berhubungan langsung dengan sitoplasma.
- Sel eukariotik : yaitu sel yang mempunyai inti yang jelas. Inti dibatasi dengan membran inti sedangkan bahan inti terdapat di dalam inti sel.
Empat karakteristik sel yaitu :
a. Dikelilingi membran.
b. Bagian dalam dari membran berisi cairan yang disebut protoplasma.
c. Organela terdapat di sitoplasma pada eukaryota dan mempunyai fungsi tertentu.
d. Pusat selular kontrol yang disebut nukleus (pada eukariota) atau nucleoid (pada prokariota) yang berisi material hereditas (DNA).


a B
Gambar 1. Sel (a) sel prokaryotik ; (b) sel eukaryotik

ORGANELA SEL
Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan saluran atau membran berongga di dalam sitoplasma. Sel eukariotik mempunyai dua jenis RE yaitu ; RE kasar dan halus. Sejumlah ribosom menempel pada bagian luar RE kasar, sedangkan RE halus tidak memiliki ribosom.
Retikulum endoplasma halus merupakan tempat sintesis lipid seperti, fosfolipid dan kolesterol yang akan membentuk membran. Retukulum endoplasma halus mengandung enzim yang dapat mendetoksifikasi obat dan hasil metabolisme yang berbahaya. Pada organ reproduksi mamalia, RE halus menghasilkan hormon steroid testosteron dan estrogen.
Ribosom di membran luar RE kasar bersifat mensintesis protein, termasuk protein membran. Jadi RE dapat mensintesis lipid dan protein membrannya sendiri, sebagian menjadi membran inti, membran badan golgi, lisosom dan membran plasma.
Sintesis protein yang akan disekresikan atau yang akan digunakan sel tersebut bergerak sepanjang saluran RE dan terakumulasi pada kantung-kantung di ujung RE. Kantung-kantung tersebut kemudian lepas membentuk vesikel atau gelembung-gelembung yang membawa protein ke kompleks golgi.


Gambar 2. Retikulum Endoplasma

Kompleks Golgi
Kompleks golgi terdiri dari kantung-kantung membran yang berasal dari retikulum endoplasma yang bentuknya mirip RE halus yang memipih pada bagian tengah.

Tiga fungsi utama dari komples golgi :
1. Memisahkan protein dan lipid yang diterima dari retikulum endoplasma sesuai dengan keperluannya atau tujuannya. Misalnya pemisahan enzim pencernaan untuk lisosom, dengan hormon yang akan disekresikan.
2. Memodifikasi molekul, contohnya ; penambahan gula pada protein untuk membentuk glikoprotein.
3. Mengepak material ke dalam vesikel dan dipindahkan ke bagian lain dari sel atau sel membran plasma untuk dikeluarkan.


Gambar 3. Badan Golgi

Lisosom
Fungsi utama lisosom adalah untuk mencerna partikel makanan mulai dari protein tunggal hingga mikroorganisme utuh. Lisosom berasal dari kompleks golgi dan berissi enzim-enzim pencernaan.
Lisosom mencerna makanan yang didapat secara phagositosis. Enzim pencernaan lisosom akan mencerna makanan menjadi asam amino, monosakarida, asam lemak dan molekul kecil lainnya. Molekul-molekul ini kemudian berdifusi keluar dari vakuola ke sitoplasma untuk digunakan oleh sel. Lisosom juga mencerna organela yang rusak dan tidak berfungsi seperti mitokondria dan kloroplas.





Gambar 4. Lisosom

Vakuola
Vakuola merupakan kantung atau gelembung yang dikelilingi selapis membran dan berisi cairan. Kebanyakan sel memiliki satu atau lebih vakuola. Ada vakuola yang terbentuk bila diperlukan seperti vakuola makanan yang terbentuk setelah peristiwa fagositosis. Ada pula vakuola yang sifatnya permanen, karena berfungsi untuk menjaga integritas sel dan meregulasi kandungan air dalam sel.
a. Vakuola kontraktil
Protista air tawar seperti Paramaecium merupakan sel eukariotik tunggal, organisme ini memiliki kompleks vakuola kontraktil yang terdiri dari saluran-saluran pengumpul (collecting ducts), reservoir central dan saluran yang berhubungan dengan pori pada membran plasma.
b. Vakuola sentral
Tiga perempat atau lebih volume sel tanaman diisi oleh sentral vakoula.
Fungsi vakuola sentral :
- turut serta dalam keseimbangan air di dalam sel dengan memenuhi sebagian besar volumenya dengan air.
- Beberapa tanaman menyimpan zat beracun seperti asam sulfuric di dalam vakuolanya, dengan tujuan untuk mencegah gangguan pemangsaan oleh hewan.
- Tempat penyimpan gula dan asam amino yang tidak dibutuhkan oleh sel.
- Tempat pigmen biru dan ungu yang bertanggung jawab terhadap warna bunga-bunga.




Gambar 5. Vakuola kontraktil dan vakuola sentral

Mitokondria dan kloroplas
Organ penghasil energi di dalam sel yaitu kloroplas dan mitokondria. Energi dibutuhkan untuk membangun material, mengambil dan membuang sesuatu ke lingkungan, bergerak dan bereproduksi.
Persamaan Kloroplas dan mitokondria mirip adalah keduanya sama-sama berdiameter 1-5 μm dan dikelilingi oleh double membran, memiliki enzim yang dapat mesintesis ATP, memiliki DNA sendiri dan ada ahli biologi yang berpendapat bahwa keduanya berasal dari evolusi prokariot yang berasosiasi dengan eukariot.
Perbedaan nyata antara mitokondria dan kloroplas adalah fungsinya di dalam sel. Mitokondria mengubah energi dari gula menjadi ATP yang digunakan oleh sel. Sedangkan klorofil akan menangkap energi dari cahaya matahari selama fotosintesis dan menghasilkan gula untuk disimpan.
Mitokondria menghasilkan energi dari molekul-molekul makanan dan menyimpannya dalam bentuk ikatan berenergi tinggi pada ATP. Semua sel eukariotik termasuk tumbuhan memiliki mitokondria. Penguraian molekul makanan awalnya terjadi tanpa menggunakan oksigen oleh enzim di dalam sitoplasma. Metabolisme anaerobik (tanpa oksigen) ini tidak banyak mengubah energi makanan menjadi ATP. Mitokondria adalah suatu tempat di dalam sel eukariotik dimana oksigen digunakan untuk penguraian molekul berenergi tinggi. Reaksi aerobik (dengan oksigen) ini lebih efektif menghasilkan energi, karena 18 hingga 19 kali lebih banyak ATP yang dihasilkan. Tidak mengherankan jika mitokondria ditemukan dalam jumlah besar pada sel-sel yang aktif melakukan metabolisme seperti otot, dan dalam jumlah sedikit pada sel-sel yang tidak aktif seperti pada tulang keras dan rawan.





a. b.
Gambar 6. Mitokondria (a) dan Kloroplas (b)

Tumbuhan dan protista fotosintetik menggunakan plastida sebagai tempat penyimpanan berbagai tipe molekul, termasuk pigmen yang mewarnai buah (kuning, orange, dan merah). Pada musim panas tumbuhan yang berumur > 1 tahun, plastida merupakan tempat penyimpanan hasil fotosintesis dan akan digunakan saat musim gugur dan dingin. Kebanyakan tumbuhan merubah gula hasil fotosintesis menjadi pati dan disimpan dalam plastida.

Sitoskeleton
Organela sel yang tidak melayang-layang di dalam sel sitoplasma, tetapi terdapat pada lokasi tertentu dan terikat oleh benang-benang protein yang disebut sitoskeleton. Benang-benang protein pembentuk sitoskeleton dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu ; mikrofilamen (ukuran terkecil), intermediate filamen (ukuran sedang), dan mikrotubul (ukuran tebal). Fungsi dari sitoskeleton adalah :
1. Pembentuk sel. Sel yang tidak memiliki dinding sel, bentuknya ditentukan oleh sitoskeleton terutama intermediate filamen.
2. Pergerakan sel. Pembentukan dan penguraian mikrofilamen dan mikrotubul menyebabkan pergerakan sel.
3. Pergerakan organel di dalam sel. Perubahan yang terjadi pada mikrotubul dan mikrofilamen menyebabkan perpindahan organel.
4. Pembelahan sel. Pada saat nukleus pada eukariota membelah, mikrotubul berperan sebagai pembawa kromosom ke sel anak.



Gambar 8. Sitoskeleton

Silia & Flagella
Silia (cilium = bulu) dan flagella (flagrum = matrix= bulu cambuk) merupakan tonjolan sitoplasma yang berukuran mikroskopis. Silia dan flagella dapat melakukan konstraksi dan berfungsi sebagai organ sensoris dan menyebabkan terjadinya arus makanan serat fungsi mekanik lainnya.
Perbedaan utama antara silia dan flagella yaitu, ukuran, jumlah dan arah pergerakan. Silia umumnya pendek (10-25 μm) dan berjumlah banyak
Flagella berukuran panjang (50-70 μm), jumlah sedikit.
Beberapa organisme uniseluler, seperti Paramaecium dan Euglena, menggunakan silia atau flagella untuk berpindah. Sperma animalia menggunakan flagella untuk bergerak. Pada hewan multiseluler kecil, silia digunakan untuk bergerak di dalam air. Pada hewan multiseluler, silia berfungsi untuk pergerakan cairan dan partikel tersuspensi seperti sel bersilia pada insang (untuk pergerakan makanan dan air yang kaya oksigen), pada saluran oviduct mamalia (untuk pergerakan sel telur dari ovarium ke uterus) dan saluran pernafasan vertebrata (untuk pembersihan lendir membawa debris dan molekul keluar dari saluran pernafasan dan paru-paru.



(a) (b)


(c)

Gambar 9. Flagella pada Halosphaera (a) dan Cilia pada Paramaecium(b) ; perbedaan gerak cilia dan flagella (c)

TRANSPOR MEMBRAN

Membran sel bersifat permeabel secara selektif, artinya substansi-substansi tertentu dapat melaluinya, tetapi menolak molekul dan ion lainnya. Molekul hidrokarbon, CO2 & O2 yang bersifat hidrofobik, dapat larut dalam membran dan melintas dengan mudah. Air dan etanol, meupakan molekul yang cukup kecil sehingga dapat melalui lipid-lipid membran. Lipid bilayer tidak sangat permeabel terhadap molekul polar takbermuatan yang lebih besar, seperti glukosa dan gula lain. Bilayer ini juga relatif tidak permeabel terhadap semua ion, sekalipun ion kecil seperti H+ dan Na+.
Terdapat dua model lalulintas membran, yaitu
1. Transpor Pasif
- Difusi
molekul akan berdifusi dari tempat yang konsentrasinya tinggi, ke tempat yang konsentrasinya rendah atau berdifusi menuruni gradien konsentrasinya.
Contoh difusi, penyerapan oksigen olah sel yang melakukan respirasi seluler. Oksigen terlarut berdifusi ke dalam sel melintasi membran plasmanya.
- Osmosis
Osmosis merupakan transpor pasif difusi air, melalui suatu membran selektif permeabel. Arah osmosis ditentukan hanya oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut total. Air berpindah dari larutan hipotonik ke hipertonik

Banyak molekul dan ion polar yang ditahan oleh lipid bilayer membran berdifusi dengan bantuan protein transpor yang membentangi membran tersebut. Fenomena ini disebut difusi yang dipermudah (faciliated diffusion).
2. Transpor Aktif
Untuk memompa molekul melintasi membran melawan gradiennya, sel yang bersangkutan harus mengeluarkan energi metabolismenya. Oleh sebab itu lalulintas membran seperti ini disebut transpor aktif. Kerja transpor aktif dilakukan oleh protein spesifik yang tertanam dalam membran. ATP menyediakan energi untuk sebagian besar transpor aktif.
Salah satu cara bagi ATP untuk dapat menggerakkan transpor aktif ialah dengan cara menstranfer gugus fosfat terminalnya langsung ke protein transpor. Hal ini dapat menginduksi protein untuk mengubah konformasinya dalam satu cara yang bisa mentranslokasikan suatu zat terlarut yang terikat pada protein ini melintasi membrannya. Satu sistem transpor bekerja seperti ini ialah pompa natrium-kalium, yang mempertukarkan natrium (Na+) dengan kaluim (K+) dalam melintasi membran plasma.


a b
Gambar 10. Sistem transpor membran. (a) Transport pasif dan transport aktif; (b)difusi dipermudah

Endositosis dan Eksositosis
Molekul besar, seperti protein dan polisakarida, umumnya melintasi membran dengan mekanisme yang berbeda yang melibatkan vesikula. Sel mensekresikan makromolekul dengan cara menggabungkan vasikula dengan membran plasma, hal ini biasa disebut dengan eksositosis. Banyak sel sekretori menggunakan eksositosis untuk mengirim keluar produk-produk mereka. Misalnya sel tertentu dalam pankreas menghasilkan hormon insulin dan mensekresikan ke dalam darah melalui eksositosis. Pada endositosis, sel memasukkan makromolekul dan materi yang sangat kecil dengan cara membentuk vesikula baru dari membran plasma.
Terdapat tiga jenis endositosis yaitu :
1. Fagositosis (pemakan seluler), sel menelan suatu partikel dengan pseudopod yang membalut disekeliling partikel tersebut dan membungkusnya di dalam kantong berlapis-membran yang cukup besar untuk digolongkan sebagai vakuola.
2. Pinositosis (peminum seluler), sel “meneguk” tetesan fluida ekstraseluler dalam vesikula kecil. Karena salah satu atau seluruh zat terlarut yang larut dalam tetesan tersebut dimasukkan ke dalam sel, pinosistosis tidak spesifik dalam substansi yang ditranspornya.
3. Endositosis yang diperentarai reseptor, hampir sama dengan pinositosis hanya saja, selektif terhadap substansi yang ditranspornya. Endositosis yang diperantarai reseptor memungkinkan sel dapat meperoleh substansi spesifik dalam jumlah yang melimpah sekalipun substansi itu mungkin saja konsentrasinya tidak tinggi dalam fluida seluler. Misalnya, sel manusia menggunakan proses ini untuk menyerap kolesterol dan digunakan dalam sintesis membran dan sebagai prekursor untuk sintesis steroid lainnya.

Gambar 11. Jenis-jenis Endositosis: (a)Fagositosis, (b)Pinositosis; (c) endositosis yang diperentarai reseptor




SIKLUS SEL

Urutan semua proses yang terjadi di dalam sel hingga sebuah sel bereproduksi menjadi dua sel atau lebih disebut siklus sel. Pada organisme uniseluler, reproduksi menghasilkan dua sel yang sama dengan induknya. Sedangkan pada organisme multiseluler, reproduksi sel akan menyediakan bahan untuk pertumbuhan, perkembangan dan perbaikan.
Reproduksi pada sel prokariotik terjadi secara pembelahan biner. Awalnya DNA akan bereplikasi sehingga terbentuk dua duplikat DNA sirkuler, kemudian DNA melekat pada membran plasma. Pertumbuhan membran plasma akan memisahkan dua kromosom duplikat. Sel membesar hingga volumenya menjadi dua kali semula, dan membran akan melekuk di antara dua kromosom sehingga terbentuk dinding sel pemisah, dan dihasilkan dua sel anak.

Sepanjang hidupnya, sel eukariota mengalami tiga periode kehidupan yaitu:
1. Periode interfase
Periode ini merupakan periode antara dua pembelahan sel disebut juga periode istirahat. Pada periode ini tidak terjadi pembelahan kromosom atau sitoplasma, tetapi terjadi peningkatan aktivitas metabolisme sehingga volume nukleus dan sitoplasma bertambah. Artinya, pada periode ini sel mengalami pertumbuhan. Interfase merupakan periode yang paling lama yaitu hampir 90 % dari waktu reproduksi sel.
Periode interfase dibagi atas 3 fase yaitu:
a. Fase G1 (Gap)
Fase ini waktunya bervariasi. . Terjadi transkripsi rRNA, tRNA, mRNA dan sintesis macam-macam protein. Sel aktif tumbuh. Pertumbuhan sel ditandai oleh bertambahnya sitoplasma, organela, dan sintesis bahan-bahan yang dibutuhkan untuk fase S.
b. Fase S (sintesis)
Terjadi proses replikasi dan duplikasi DNA kromosom (sintesis DNA)
Fase ini menentukan apakah akan terjadi mitosis atau tidak.
c. Fase G2
Fase pembentukan benang-benang spindel.

2. Periode Mitosis atau pembelahan sel
Pembelahan sel secara mitosis terjadi pada sel-sel yang muda misalnya pada ujung akar dan batang. Pembelahan mitosis terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Pada hewan, terjadi pembelahan mitosis di perkembangan embrio tingkat awal..
Mitosis dibagi menjadi beberapa fase pembelahan yaitu:
a. Profase
Kromosom mulai tampak karena terjadi proses kondensasi.
Kromosom membelah memanjang membentuk dua kromatid.
Kromosom memendek dan bertambah tebal, nukleolus bertambah kecil.
Pada sel hewan, sentriol memisah kemudian membentuk kutub-kutub dan gelendong nukleus.
b. Prometafase
Fase ini merupakan transisi antara profase daan metafase, waktunya sangat singkat. Membran inti hilang. Kromosom bergerak menuju gelendong nukleus.
c. Metafase
Kromosom berkumpul pada bidang equatorial. Kromosom yang kecil biasanya terletak pada bagian sebelah dalam. Nukleoulus hilang
d. Anafase
Sentromer membelah dan kedua kromatid masing-masing memisahkan diri kemudian bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan.
e. Telofase
Membraan nukleus terbentuk mengeliling nukleus.
Gelendong menghilang. Nukleolus terbentuk kembali.
3. Periode sitokinesis atau pembelahan sitoplasma
Periode ini terjadi secara simultan dengan pembelahan nukleus. Sitokinesis pada sel hewan seperti protozoa dengan cara membuat lekukan atau alur yang membagi sel menjadi dua bagian. Pada sel tumbuhan sebagai pengganti alur atau lekukan, di daerah bidang equatorial dibentuk keping membran. Keping membran sel ini menyebar akhirnya sampai pada bagian dinding sel sehingga sel terbagi dua bagian yang dipisahkan oleh dinding sel yang baru.








Gambar 12. Siklus sel



METABOLISME

Metabolisme adalah keseluruhan proses kimiawi suatu organisme, dimana metabolisme berasal dari bahasa Yunani Metabole yang artinya berubah. Metabolisme adalah suatu sifat baru dari kehidupan, yang muncul dari interaksi spesifik antara molekul-molekul didalam lingkungan sel yang teratur dengan baik.
















Gambar 13. Langkah-langkah metabolisme

Secara keseluruhan, metabolisme dikaitkan dengan pengaturan sumberdaya materi dan energi dari suatu sel, dimana pengaturan sumber daya tersebut dibagi menjadi dua yakni secara:
a.) Anabolisme
Jalur anabolik memakai energi untuk membangun molekul kompleks dari molekul-molekul yang lebih sederhana, contoh dari anabolisme adalah sintesis protein dari asam amino. Contoh : sintesis protein
b.) Katabolisme
Jalur katabolik membebaskan energi dengan cara merombak molekul-molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Contoh dari proses katabolisme adalah respirasi seluler. Contoh: rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif






























Gambar 14. Gambaran lintasan katabolisme unsur makanan karbohidrat, protein dan lemak.

Jalur- jalur anabolik dan katabolik merupakan jalan turun dan naik bukit pada peta metabolisme. Jalur- jalur metabolisme saling berpotongan sedemikian rupa sehingga energi yang dibebaskan dari proses “turun bukit” pada katabolisme dapat digunakan untuk menggerakkan reaksi “naik bukit” pada anabolisme. Transfer energi dari katabolisme ke anabolisme ini disebut pengkopelan energi (energy coupling).



Proses Oksidasi-Reduksi
Pada banyak reaksi kimiawi, terjadi transfer satu atau lebih elektron dari satu reaktan ke reaktan yang lain. Transfer elektron ini disebut reaksi reduksi-oksidasi, atau disingkat reaksi redoks. Pada suatu reaksi redoks , kehilangan elektron dari satu bahan disebut oksidasi, dan penambahan elektron ke bahan lain dikenal sebagai reduksi. Karena transfer elektron membutuhkan donor maupun aseptor, oksidasi dan reduksi selalu terjadi bersamaan. Contoh dari reaksi redoks adalah pembakaran metana:
CH4 + 2O2 CO2 + energi + 2H2O
Pembakaran metana merupakan reaksi redoks penghasil energi, selama reaksi, elektron yang digunakan bersama dalam ikatan kovalen berpindah menjahui atom karbon dan hidrogen dan lebih dekat dengan oksige, yang sangat elektronegatif, reaksi ini melepaskan energi kesekelilingnya , karena elektron kehilangan energi potensial begitu elektron tersebut berpindah lebih dekat ke atom elektronegatif. Contoh yang lain adalah oksidasi pada atom karbon:
Metana metanol formaldehid asam formiat CO2
( CH4) ( CH3 OH ) ( CH2 O ) (HCOOH) CO2

Penangkapan Dan Penggunaan Energi
Oksidasi sempurna dari molekul glukosa menjadi CO2 dan H2O dapat melepaskan cukup energi untuk membentuk ATPs dalam jumlah yang besar. Pemecahan glukosa ini bersifat eksergonik, dengan menghasilkan perubahan energi bebas sebesar -686 kkal per mol glukosa yang diuraikan ( ∆G = -686 kkal/mol).
Di dalam kebanyakan sel, oksidasi tiap molekul glukosa menghasilkan 35 molekul ATP. Ada 2 tahap katabolisme glukosa, yang menjadi ciri dari seluruh organisme aerob, yaitu :
a. Glikolisis
Glikolisis merupakan lintasan utama bagi pemakaian glukosa dan berlangsung di dalam sitosol semua sel, glikolisis juga menjadi lintasan utama bagi metabolisme fruktosa dan galaktosa yang berasal dari makanan. Dari proses glikolisis ini dihasilkan piruvat.
b. Siklus asam sitrat
Merupakan rangkaian reaksi di dalam mitokondria yg menyebabkan katabolisme residu asetil ko-A, dgn membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yg pd oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan sebagian besar energi yg tersedia dari bahan bakar jaringan, dalam bentuk ATP.
Kebanyakan energi kimia glukosa disimpan dalam bentuk elektron berenergi tinggi, yang dipindahkan dari molekul substrat yang dioksidasi selama glikolisis dan siklus asam sitrat.

Glikolisis Dan Pembentukan ATP
Kata glikolisis berarti menguraikan gula dan itulah tepatnya yang terjadi selama jalur ini. Glukosa atau gula berkarbon enam diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga, gula yng lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membentuk molekul piruvat. Jalur katabolik glikolisis terdiri dari sepuluh langkah, yang masing –masing dikatalisis oleh enzim yang spesifik, dimana kesepuluh langkah tersebut dapat dibagi menjadi dua fase yaitu, 5 langkah pertama bisa disebut sebagi fase investasi energi dan lima langkah yang kedua merupakan fase pembayaran energi. Pada fase investasi sel mengunakan ATP untuk memfosforilasi molekul bahan bakar dan investasi ini dibayar dengan dividennya selam fase pembayaran energi. Pada saat ATP dihasilkan oleh fosforilasi tingkat substrat dan NAD+ direduksi menjadi NADH melalui oksidasi makanan. Glikolilsis merupakan sumber ATP dan NADH dan juga yang mempersiapkan molekul organik untuk oksidasi berikutnya dalam siklus Krebs.



















Gambar 15. Langkah-langkah glikolisis

Hasil selisih energi dari glikolisis, permolekul glukosa, ialah 2 ATP dan 2NADH. Karbon yang awalnya berada dalam gugus glukosa masuk kedalam dua molekul piruvat, tidak ada CO2 yang dilepas selama glikolisis, terjadinya glikolisis tidak tergantung adanya O2. akan tetapi jika terdapat O2, energi yang tersimpan dalam NADH dapat diubah menjadi energi ATP selama fosforilasi oksidatif. Energi yang tersisa dalam piruvat dapat diekstrasikan dalam proses siklus krebs. Reaksi glikolisis:
Glukosa + 2ADP + 2Pi + 2NAD+ 2Piruvat + 2ATP + 2NADH + 2H+ 2H2O.


FERMENTASI

Pada umumnya fermentasi dilakukan oleh mikroorganisme anaerobic. Pada proses glikolisis apabila reaksi berlangsung dengan ada oksigen maka jalur perubahan menuju kearah daur krebs , bila reaksi berlangsung tanpa oksigen maka jalur perubahan menuju kearah fermentasi.

Berdasarkan produk akhir fermentasi dapat dibagi menjadi :
1. Fermentasi Asam laktat
Pada fermentasi ini asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat, dimana akan dibantu oleh zat yang mereduksi yaitu NADH.
Bakteri asam laktat dikelompokkan dalam keluarga Lactobacteriaceae. Selain itu bakteri Streptococcus faecalis merupakan penghuni normal usus manusia, sejumlah besar Streptococcus tersebar pada jenis pemamah biak, merupakan komensal yang tidak merugikan pada selaput lender mulut, organ pernafasan, organ air kemih, dan organ kelamin.
Menurut sifat-sifat khusus yang dimiliki, yaitu untuk meragikan glukosa menjadi laktat saja, atau disampingnya juga menjadi produk peragian lain dan karbondioksida, maka fermentasi asam laktat dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Fermentasi Homolaktat
Bakteri asam laktat homofermentatif membentuk murni laktat atau hampir 90% murni. Bakteri yang berperan penting dalam fermentasi ini adalah Streptococcus, Pediococcus, Lactobacciulus, Enterococcus, Lactococcus. Fermentasi homolaktat sangat penting didalam industri pengolahan susu yaitu digunakan untuk memproduksi keju, yogurt, dan variasi lainnya pabrik susu.. Streptococcus lactis, S.cremoris, dan leuconostoc cremoris memproduksi asam laktat. Yogurt terdiri dari susu utuh terhomogenisasi dan terpasteurisasi yang ditumbuhi dengan Streptococcus thermopilus dan Lactobacillus bulgaricus. Asam laktat murni yang diperlukan dalam berbagai industri dan bumbu makanan diproduksi dengan peragian.
b. Fermentasi Heterolaktat
Dinamakan fermentasi heterolaktat sebab hasil akhirnya adalah etanol, asam laktat, dan karbondioksida. Reaksinya dapat berjalan dengan cepat sbb:
Glukosa + ADP + P1 Asam laktat + etanol + CO2 + ATP
Bakteri yang meragikan glukosa secara heterolactic adalah Leuconostoc dan spesies lainnya berasal dari Lactobacillus.
2.Fermentasi Etanol
Fermentasi ini disebut fermentasi etanol karena hasil akhirnya hanya etanol. Pada jalur fermentasi ini piruvat akan diubah menjadi etanol dan karbon dioksida.
Fermentasi Etanol ini sangat penting dalam mikrobiologi industri yang biasanya digunakan untuk memproduksi bir, anggur. Fermentasi etanol dilakukan oleh bakteri Saccharomyces cerevisiae terjadi melalui alur fruktosa difosfat.
3. Fermentasi Asam Propionic
Produk akhir dari fermentasi ini adalah asam propionic. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri Propionibacteria
4. Fermentasi Mixed Acid
Produk akhir dari fermentasi mixed acid adalah succinat, laktat, asetat, etanol, asam format, karbon dioksida. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri Escherichia coli, Family Enterobact
5. Fermentasi Butanediol
Produk akhir dari fermentasi adalah 2,3 butandiol. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri Enterobacter, Seratia, Envinia, dan Klebsiella. eriaceae, umumnya pada Salmonella dan Shigella.
6. Fermentasi Asam Butirat
Fermentasi asam butirat dilakukan oleh Genus Clostridium. Perbedaan antara satu spesies dengan spesies yang lain adalah pada produk akhir yaitu aseton, karbon dioksida, isopropanol,dan karbon dioksida, butirat, atau butanol.


7. Fermentasi Asam Amino
Arginine difermentasikan oleh Clostridium, Streptococus, dan Mycoplasma. Fermentasi glisin menjadi asetat oleh Peptococcus anaerobius. Asam amino dapat difermentasikan oleh bakteri anaerob, dimana akan terjadi penambahan sintesis ATP ,thereonin, glutamate, lisin,dan aspartat.

Senin, 18 Juli 2011

perawatan burung blacktroat



Blackthroat si Burung Penyanyi Cilik Bernoktah Hitam di Leher

Blackthroated (Serinus Atrogularis)atau bisa di Indonesia dikenal sebagai Blackthroat burung yang berasal dari Benua Afrika dan di Indonesia umumnya Blackthroat yang ada diperkenalkan dan dibawa oleh oleh Bangsa Belanda. Asal nama burung ini tidak lepas dari ciri fisik dimana pada bagian kerongkongannya terdapat warna hitam pekat yang terlihat seperti burung ini sedang memakai dasi di lehernya atau terdapat noktah hitam di lehernya.
Blackthroat merupakan burung kecil yang masuk dalam bangsa Passeriformes dan dikelompokan dalam subbangsa Passeres (bangsa burung penyanyi) sehingga wajarlah kalau burung ini mempunyai suara dan nyanyian yang sangat mempesona. Blackthroat masuk dalam famili Fringilidae (bangsa kenari) dalam kelompok Serinus.
Menurut jenisnya Blackthroat yang ada di indonesia terdiri atas dua macam, yaitu Blackthroat berwarna coklat dan Blackthroat berwarna putih keabu-abuan (putih kelabu). Burung Blackthroat yang berwarna coklat memiliki postur yang lebih besar, sementara yang berwarna putih kelabu lebih disenangi karena warnanya yang tampak lebih bersih dan indah dan proporsi tubuhnya yang tampak lebih serasi. Kedua jenis burung ini mempunyai suara yang sangat keras, nyaring dan suara ngeroll yang sangat mempesona, sangat sulit membedakan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing burung ini.
Ketertarikan manusia pada burung ini tidak terlepas dari keterampilannya menyanyikan lagu yang merdu dan keras, di alamnya di benua Afrika burung Blackthroat ini biasa bertengger di pucuk pohon yang tinggi baik untuk mempersyaratkan daerah kekuasaannya maupun untuk memikat Blackthroat betina, suaranya dapat terdengar sampai ratusan meter. Tentunya karena kelebihan ini membuat manusia tertarik untuk mengoleksi burung ini.
Kelebihan lainnya adalah karena sifatnya yang poligami atau dalam kata lain satu Blackthroat jantan dapat dikawinkan dengan lebih dari satu betina sehingga bagi para penangkar tentu sangat menguntungkan.
Burung ini juga terkenal mempunyai mental yang berani, terbukti dengan kemampuannya dapat kawin dengan burung kenari yang secara fisik mempunyai ukuran tubuh lebih besar. Blackthroat juga dapat dikawinkan dengan Herda Sanger, Mozambik, bahkan gelatik.
Burung Blackthroat juga dapat menirukan suara burung lain (bersifat mimikri) Blackthroat merupakan master yang baik bagi burung lomba karena speed dan volume serta nada nyanyian indah yang dibawakannya.
Sebagai burung yang tidak termasuk dalam bangsa burung sosial karena mempunyai kebiasaan berpoligami, maka burung Blackthroat dapat dipelihara sendiri dirumah, namun sebaiknya dipelihara yang berkelamin jantan, karena Blackthroat jantan mempunyai variasi yang indah dan volume suara yang lebih keras sedangkan bagi Blackthroat betina suaranya cenderung lemah dan walaupun terkadang keras namun hanya bersifat monoton sehingga kurang indah didengar.
Satu lagi yang merupakan ciri khas dari burung ini adalah sifatnya yang over protektif terhadap anaknya (piyik). Jika dalam masa mengeram burung ini diganggu, maka jika dapat saja burung ini mematuki anaknya sampai mati.


Pemilihan Bakalan Blackthroat

Pilih yang Jantan

Burung Blackthroat merupakan burung yang kicauannya sangat indah, mengalun sangat merdu dengan irama tinggi dan rendah dengan kicauan yang panjang dan tidak terputus-putus. Namun Blackthroat betina biasanya sangat hanya mencicit dan suara kerasnya cenderung monoton.

Sulit mungkin bagi awam mengetahui ciri kelamin jantan dan betina, namun secara fisik tedapat perbedaan untuk menentukan Blackthroat jantan dan betina sebagaimana terdapat pada bagan sebagai berikut :

Ciri Jantan Betina
1. Postur Tubuh Panjang Agak membulat
2. Pita di Leher Berwarna hitam pekat Samar
3. Kepala Besar, agak panjang dan berbentuk lonjong Kecil dan membulat
4. Anus Menonjol keluar ada tonjolan sebesar biji kacang hijau dengan bulu rawis Datar dan hanya terdapat lubang untuk keluarnya kotoran
5. Paruh Tebal Tipis
6. Suara Nyaring, tidak terputus-putus (ngerol) serta memiliki banyak variasi Monoton, dan volume kecil
7 Leher Jenjang Pendek


Postur tubuh tegap
Blackthroat yang memiliki tubuh yang tegap dan besar serta lencir (panjang) biasanya memiliki mental yang baik dan suara yang panjang ini juga dapat mencirikan bahwa Blackthroat tersebut tidak mengalami gangguan atau tidak terhambat pertumbuhannya. Dada yang tegap dan bidang menandakan bahwa Blackthroat tersebut bervolume suara nyaring dan keras. Blackthroat yang bersuara keras bukan saja indah didengar namum jika kita turunkan dalam satu pertandingan tentunya akan berani dalam memperdengarkan suaranya di lapangan dan dapat menjatuhkan mental lawannya.

Sorot Mata Tajam
Sorot mata tajam dapat mencirikan bahwa Blackthroat tersebut bermental baik, dan sehat. Sebaiknya jangan dipilih Blackthroat yang bermata sayu karena dapat mencirikan bahwa mental Blackthroat tersebut lemah atau burung tersebut dalam keadaan kurang sehat.

Bulu Cerah
Bulu yang cerah bukan saja menambah keindahan dari burung tersebut namun dapat mencirikan bahwa burung tersebut merupakan burung yang baik dari perawatan maupun mentalnya.
Tidak cacat
Selain tidak sedang dipandang mata, burung yang cacat juga dapat mengurangi keberhasilan jika akan ditangkar. Yang biasa mengalami cacat pada burung finch adalah bagian kaki, bisa saja karena terjerat atau diganggu hama waktu kecil, maka bagian tersebut harus mendapatkan perhatian khusus ketika memilik Blackthroat yang kita inginkan.

Paruh
Pilih paruh Blackthroat yang panjang, tipis dan seimbang dimana bagian bawah dan atas paruh saat burung tersebut diam harus rapat, ciri tersebut menandakan burung tersebut mempunyai suara yang keras.

Awas Tertipu
Secara fisik, Blackthroat dan herda sanger mempunyai kemiripan. Adakalanya para pedagang yang tidak jujur menggunakan cara tidak terpuji dengan mencat bulu diatas bagian ekornya (bulu ekor) menjadi warna kuning yang merupakan ciri khas dan Blackthroat. Jika ini dikerjakan dengan rapi maka akan sangat sulit bagi awam untuk membedakan antara Blackthroat dengan Blackthroat jejadian.


Perawatan Blackthroat

Blackthroat yang sehat dan terawat tentunya akan mempersembahkan kicauan yang indah bagi kita yang merawatnya. Penampilan yang sehat, dengan kicauan merdu dan variatif tentu menambah rasa sayang dan kebanggan kita terhadap klangenan kita. Perlakukan yang salah, pola makan yang tidak tepat dan kondisi tempat yang tidak layak bagi burung ini tentunya berakibat pada turunnya performa burung. Blackthroat yang awalnya kita beli memperdengarkan kicauan yang merdu dan keras dengan pola perawatan yang salah tentunya lambat laun akan membuat Blackthroat menjadi lemas dan malas, sehingga tidak mau lagi memperdengarkan bunyinya. Kicauan bagi burung bukan saja menjadi tanda terima kasih bagi burung bagi pemiliknya, namun secara naluriah merupakan cara burung tersebut untuk menandakan kehadirannya, baik untuk menarik pasangannya maupun tanda keberadaan akan daerah kekuasaannya.

A. Makanan
Biji-bijian
Makanan untuk burung Blackthroat adalah biji-bijian, buah-buahan dan sayuran/dedaunan dan beberapa makanan tambahan (extra fooding).
Makanan biji-bijian selain memiliki gizi dan kalori yang mencukupi untuk burung jenis finch juga mengandung karbohidrat untuk tenaga juga cukup mengandung lemak nabati. Jenis biji-bijian yang diberikan antara lain :
1. Jewawut (40%)
2. Milet (10-5%)
3. Cannary Sheed (35%)
4. biji Sawi (10-5%)
5. Niger (2%)
6. dan biji lobak (3%)

Daun-sayuran/buah-buahan
Sayuran yang diberikan baiknya adalah sayuran dengan serat yang tidak terlalu banyak (seperti daun singkong) karena akan memudahkan bagi pencernaan burung, contoh sayuran yang dapat diberikan untuk Blackthroat adalah :
1. Sawi Putih
2. Selada Air
3. oyong
4. apel
5. Slada


Protein Hewani
Protein dibutuhkan untuk kesehatan dan kebugaran serta bagi Blackthroat dalam masa pertumbuhan maka protein hewani mutlak dibutuhkan untuk kelancaran masa perkembangan burung tersebut, protein hewani yang dapat diberikan adalah :
1. Kroto
2. Telur Puyuh
3. Telur Ayam (Kuningnya)

Vitamin tambahan
Seperti pada manusia, kebutuhan vitamin terkadang tidak dapat terpenuhi kesemuanya hanya dari makanan, namun dengan memakai suplemen vitamin.
Banyak vitamin yang dijual bebas yang dapat digunakan untuk kesehatan dan kebugaran bahkan untuk mencegah Blackthroat stress karena perlakuan dan perubahaan yang extreem.

B. Sangkar
Sangkar yang baik bagi Blackthroat minimal mempunyai ukuran P:30x L: 30x T:50 cm, selain mudah dalam menempatkan pakan Blackthroat yang cukup beraneka ragam, juga memungkinkan Blackthroat untuk leluasa bergerak. Pada kasus burung sedang dalam kondisi mabung mencegah terjadinya kegemukan.
Kebersihan sangkar juga harus diperhatikan. Minimal dalam 2 hari sangkar dibersihkan dari kotoran (tinja) dan bekas makanannya. Kebersihan sangkar juga menghindari burung dari terjangkit penyakit.
Kelengkapan standar bagi sangkar adalah : tenggeran dengan kondisi saat burung bertengger maka antara kuku kaki depan dan belakang tidak saling bertemu (terkena), tempat makan dan minum bisa terbuat dari mika atau porselein, tempat kroto dan jepitan untuk menggantungkan sayuran atau buah-buahan.

C. Pemandian dan Penjemuran
Pemandian dan Penjemuran bagi Blackthroat merupakan sarat mutlak, walaupun dengan intensitas yang tidak terlalu lama, Penjemuran selain merupakan sumber vitamin D, penjemuran dan pemandian yang rutin juga dapat mematikan kutu yang terdapat pada burung dan kandang burung juga membunuh bibit penyakit yang ada dalam sangkar. Penjemuran yang baik dilakukan pada rentang waktu pukul 07 sampai 10 pagi dengan waktu berkisar 1- 2 jam tergantung dari burung itu sendiri, jika burung telah tampak gelisah dan membuka mulutnya maka penjemuran dapat disudahi.

D. Pemasteran :
Pemasteran bagi Blackthroat ditujukan untuk menambah variasi kicauan. Untuk keperluan lomba pemasteran juga diperlukan untuk menambah keindahan. istilah master sendiri adalah memasukan suara burung yang dianggap bagus untuk selanjutnya dapat ditiru oleh burung Maskot (dimaster). Untuk keperluan lomba khususnya atau sekedar memaster untuk burung rumahan Sebelum memaster Blackthroat hal-hal yang perlu diketahui adalah Blackthroat harus memiliki dasar-dasar ciri sebagai berikut
a. Blackthroat memiliki suara yang keras, tebal dan bening serta kristal
b. Burung tersebut membuka sayapnya ketika berhadapan dengan lawannya
c. Burung tidak menempel di jeruji dengan waktu yang lama ketika berhadapan lawan
d. badan tegap gagah dan ketika berbunyi kepalanya ke kiri dan kekanan sambil berkicau.
e. Postur tubuh serasi dan tanpa cacat fisik



1. Master bagi Blackthroat
Sebelumnya harus ditentukan master yang tepat bagi Blackthroat adalah menentukan burung yang mempunyai suara dasar yang berkesesuaian dengan karakter suara Blackthroat. Terbaik adalah yang mempunyai suara keras, nyaring, tebal dan speed yang baik.
Untuk melatih speed Blackthroat pilihan terbaik adalah dengan menggunakan Herda Sanger.
Untuk suara crecetan kasar dapat digunakan Jalak Suren, Love Bird, Prenjak dan Ciblek juga burung gereja dan awalan branjangan.
Bagi yang ingin memasukan suara kenari, blackthroat juga dapat menirukan suara kenari, hanya saja beberapa orang tidak suka jika Blackthroat masuk suara kenari namun tidak berlaku sebaliknya.
Untuk keindahan suara master yang dapat dipergunakan jenis Anis.
Pemilihan burung master tentunya harus berkesesuaian dengan minat dari kita sendiri. Tentunya kita dapat menghindari master yang tidak kita inginkan.
Yang perlu diperhatikan adalah menjaga jarak aman saat pemasteran, jika kita ingin memaster dengan Jalak Suren maka jarak aman sekitar 5-7 meter, mengingat jalak mempunyai suara yang keras sehingga dikhawatirkan malah akan membuat Blackthroat menjadi stress.
Waktu yang tepat untuk pemasteran adalah sejak burung masih piyik atau sedang mengalami mabung. Keberhasilan pemasteran sendiri tergantung pada ketelatenan kita dan tentunya kecerdasan burung itu sendiri.

E. Masa Mabung :

Proses ganti bulu merupakan proses alami yang terjadi pada semua jenis burung yang biasanya terjadi karena perubahan kondisi yang mendadak atau memang burung memasuki masa pergantian bulu. Selain untuk merecovery bulu yang sudah usang dan tua pergantian bulu juga merupakan proses alami burung dalam menghadapi perubahan dan masa umur burung.

Pada saat ganti bulu burung akan mengalami suatu masa yang sangat menyiksa, pada saat seperti itu maka dibutuhkan perawatan yang lebih intensif. Burung akan lebih pasif, ada yang berhenti berkicau dan jika tidak dijaga dari udara jahat maka akan mudah terserang penyakit. Untuk mengatasi maka burung harus diberi makan tambahan untuk pertumbuhan bulu. Pada burung jenis Kenari, Blackthroat, Sanger dan Mozambik dan jenis Finch kecil lainnya maka pemberian makanan jenis biji-bijian dapat lebih diperbanyak dan burung juga perlu diberi makanan yang mempunyai kandungan mineral tinggi, seperti tulang cumi (sotong), dan karena proses pergantian bulu maka burung akan lebih sensitif terhadap perubahan cuaca, maka burung harus ditempatkan pada ruangan dengan kondisi yang sejuk dan menghindari dari gangguan lingkungan seperti suara burung lain yang terlalu keras, tikus, kucing, anjing, dan gigitan nyamuk dan suara bising lainnya. .

Pertumbuhan tubuh dan pertumbuhan bulu serta telur semuanya diatur oleh kelenjar yang disebut dengan kelenjar buntu (tiroid). Kerja kelenjar ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan suplai pakan. Penurunan kelenjar tiroid dapat terjadi karena perubahan kondisi yang ekstreem secara mendadak seperti dari musim kemarau ke musin hujan dan sebaliknya atau akibat stress. Akibatnya burung menjadi lemas dan menyebabkan penumpukan lemak pada masa inilah burung akan mengalami kerontokan bulu.

Suatu saat kelenjar tiroid akan kembali pada keadaan normal. Pada saat demikian burung akan melanjutkan pertumbuhannya secara lengkap. Selanjutnya proses kerontokan akan berhenti. Naumun jika kelenjar tiroid melebihi batasan nomal maka burung akan berhenti rontok bulu tanpa melanjutkan pertumbuhan bulunya hingga sempurna. Peristiwa ini sering disebut dengan kerontokan bulu tidak sempurna (moulting)

yang perlu diperhatikan adalah Jangan gunakan sangkar yang terlalu kecil pada saat Blackthroat berada pada kondisi mabung, karena akan menyebabkan burung menjadi gemuk.

Saat mabung merupakan saat yang tepat untuk memaster burung, karena pada masa ini burung menjadi pasiv. Mereka menyimak apa yang ada disekelilingnya, penggunaan kerodong juga berfungsi agar burung yang sedang dimaster tidak melihat masternya, karena beberapa burung enggan untuk menirukan suara master jika diketahui bahwa suara tersebut bukan berasal dari jenisnya.


F. Permasalahan pada Blackthroat :
Ciri – ciri burung Blackthroat yang sedang mengalami gangguan kesehatan dapat dicirikan dari perilaku sebagai berikut :
Malas bergerak, dan biasanya hanya duduk diatas§ tangkringan
Intensitas suara jauh berkurang§
Terdapat bulu halus yang§ mencuat keluar, namun bukan dikarenakan burung tersebut akan memasuki masa kerontokan bulu
Hidung berlendir§
Mata bengkak atau sering seperti§ sedang mengantuk
Perubahan warna pada kotoran (peses burung) biasanya§ menjadi mencret
Salah satu anggota badan sukar digerakan§
§ stress

Jika burung Blackthroat mengalami salah satu permasalahan diatas, maka dapat diindikasikan bahwa burung tersebut sedang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan yang intensif dan pemberian obat-obatan serta vitamin perlu diberikan.

Stress dapat terjadi karena perjalanan yang jauh, perubahan kondisi lingkungan, shock akibat diterkam anjing/kucing, mendengar suara burung atau suara lain yang sangat kencang dan lainnya.
Pada burung Blackthroat yang mengalami stress, cara terbaik adalah dengan memisahkan burung tersebut ke tempat yang tenang dan sepi dijauhkan dari kebisingan dan kicauan burung lain. Penggunaan obat anti stress juga dianjurkan. Pemberian pakan yang berprotein tinggi seperti kroto dan telur puyuh, pemberian kroto disarankan hanya sedikit saja, karena kroto bersifat panas. , sayuran dan apel juga disarankan, cara lain adalah dengan mendekatkan burung Blackthroat dengan Blackthroat betina.

G. Mandi
Burung Blackthroat yang kita rawat terkadang susah untuk mandi, cara memandikan burung Blackthroat umumnya dengan menggunakan cawan khusus untuk mandi, namun jika cara tersebut tidak dilakukan maka dapat dengan cara disemprot dengan menggunakan Handsprayer. Mandi bukan saja berguna untuk kesegaran namun juga menghindari Blackthroat dari kutuan jika dicampur dengan cairan khusus dan membuat burung menjadi sehat dan bulu menjadi mengkilat. waktu terbaik untuk memandikan adalah antara pukul 7-9 siang setelah itu dijemur kurang lebih 1 sampai 2 jam sebelum pukul 10, karena setelah itu sinar matahari akan terik dan kurang baik bagi burung. untuk menentukan kecukupan burung ketika dijemur dengan melihat gerak burung, jika burung sudah merasa gelisah dan mulutnya terbuka, maka penjemuran dapat dihentikan